Menelusuri Transportasi Kota 7 bukit

Damai. Kata yang menjadi salah satu pendorong saya melanjutkan studi di Lisabon, Portugal. Kota yang dihuni sekitar 550.000 jiwa menyimpan beragam cerita menarik. Status ibukota sekaligus pusat pemerintahan yang disandangnya tak lantas membuat Lisabon akrab dengan kemacetan. Seluruh aktifitas warga berjalan dengan tenang dan teratur. Pusat perbelanjaan, sekolah, universitas, dan perumahan tertata rapih dan bersih. Keberadaan ruang terbuka hijau di tiap sudut kota mengizinkan paru-paru kita mendapat haknya menghirup udara segar.

Populasi kendaraan pribadi, baik roda empat atau roda dua memang tidak sesedikit dari yang saya bayangkan sebelumnya. Meski demikian, kemacetan hanya akan kita temui pada jam-jam sibuk dan titik-titik tertentu. Hal ini tak lepas dari padunya sistem transportasi di kota Lisabon. Mengusung jargon “juntos estamos mais perto” atau dalam bahasa Indonesia berarti “bersama kita lebih dekat”, masyarakat dapat leluasa memilih moda transportasi sesuai kebutuhannya.

Transportes de Lisboa memiliki tiga layanan utama : bus, kereta, perahu, dan trem. Untuk menunjang aktifitas saya selama di Lisabon. Saya memilih paket Viva Lisboa, yakni kartu abonemen yang mencakup tiga dari empat moda transportasi diatas. Kartu tersebut harus kita tebus sebesar 36€ per bulan. Proses pembuatan yang sedikit memakan waktu terbayar ketika kita dapat menjelajah kota Lisabon sepuasnya. Jadwal kuliah yang rutin setiap hari menuntut saya untuk menggunakan metro, sapaan sehari-hari warga Lisboa untuk kereta bawah tanah.

Kereta bawah tanah (metro) di Lisabon menghubungkan ruas kota dari sudut sungai Tejo sampai ke bagian utara kota. Sementara bus, atau yang lebih sering disebut autocarro, beroperasi di jalan raya dan jalan arteri selaiknya bus atau angkot di Indonesia. Autocarro memiliki sistem yang amat baik dengan hanya mengizinkan penumpang naik atau turun dari pemberhentian (paragem). Hal yang patut dicatat bagi pemegang regulasi transportasi di tanah air yang membolehkan angkutan berhenti dan mengambil penumpang semaunya. Untuk pergi ke bagian lain kota Lisabon yang dibelah oleh sungai Tejo, menaiki perahu (barco) dapat menjadi salah satu pilihan yang sayang untuk dilewatkan.

Maulana Reza

Share to :